BUDAYA LOKAL DI GAMPONG PANTERIEK

Peusijuk Jamaah Haji: Tradisi Khas Aceh dalam Menyambut Tamu Allah

Aceh dikenal sebagai daerah yang sangat kental dengan nilai-nilai Islam. Selain itu, masyarakat Aceh juga memiliki beragam budaya lokal yang lahir dari perpaduan antara ajaran Islam dengan adat istiadat setempat. Salah satu tradisi tersebut adalah Peusijuk Jamaah Haji, yaitu prosesi adat penyambutan dan doa keselamatan yang dilakukan kepada jamaah haji yang baru pulang dari tanah suci.

Makna Peusijuk

Kata peusijuk berasal dari bahasa Aceh yang berarti “mendinginkan” atau “membawa kesejukan”. Prosesi ini biasanya dilakukan dengan memercikkan air yang dicampur daun atau bunga ke kepala orang yang didoakan, sebagai simbol keberkahan, keselamatan, dan ketenangan hidup. Dalam konteks jamaah haji, peusijuk menjadi doa agar ibadah haji yang dilaksanakan diterima Allah SWT dan membawa berkah bagi keluarga serta masyarakat.

Prosesi Peusijuk Jamaah Haji

Peusijuk jamaah haji biasanya dilakukan di rumah jamaah atau di meunasah (surau). Adat ini dipimpin oleh teungku (tokoh agama) atau orang yang dituakan. Tahapan prosesi umumnya sebagai berikut:

  1. Doa Bersama – Diawali dengan doa syukur atas kepulangan jamaah haji dengan selamat.

  2. Pemercikan Air Peusijuk – Air yang telah diberi doa dipercikkan ke kepala jamaah haji, diiringi bacaan selawat dan doa keselamatan.

  3. Peusijuk dengan Daun dan Beras Kuning – Daun tertentu (seperti daun seunijuek) dan beras kunyit ditaburkan sebagai lambang keberkahan.

  4. Jamuan Makan – Setelah prosesi selesai, keluarga menghidangkan makanan khas Aceh seperti kuah beulangong atau hidangan tradisional lainnya sebagai bentuk syukur dan silaturahmi.

Nilai Budaya dan Religius

Tradisi peusijuk jamaah haji memiliki nilai yang mendalam:

  • Nilai Syukur: Ungkapan rasa syukur atas kesempatan menunaikan rukun Islam kelima.

  • Nilai Silaturahmi: Mempererat hubungan antara jamaah haji dengan masyarakat sekitar.

  • Nilai Spiritual: Mengandung doa dan harapan agar jamaah haji mendapat predikat haji mabrur.

  • Pelestarian Adat: Menjadi simbol kuatnya identitas budaya Aceh yang berpadu dengan syariat Islam.

Penutup

Peusijuk jamaah haji bukan hanya sekadar adat turun-temurun, tetapi juga refleksi kearifan lokal masyarakat Aceh yang menempatkan nilai agama dan budaya dalam satu kesatuan. Tradisi ini memperlihatkan bagaimana masyarakat Aceh memuliakan para tamu Allah, sekaligus menjaga warisan budaya yang sarat makna spiritual.